Vaksinasi influenza bagi jemaah haji dianjurkan sebelum tiba di Arab Saudi, terutama bagi mereka yang berada dalam kelompok berisiko. Karena ibadah haji adalah salah satu pertemuan massal terbesar di dunia.
Lebih dari 2 juta jemaah dari berbagai negara berdatangan, dengan 30% di antaranya adalah lansia dan anak-anak. Temuan ini menempatkan mereka pada risiko tertular virus selama bulan-bulan musim dingin.
Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia yang mengirimkan jumlah maksimum jemaah haji, memiliki jumlah kasus influenza H5N1 tertinggi dengan tingkat kematian kasus lebih dari 80%.
Memang risiko kesehatan yang paling serius bagi jemaah haji adalah saluran pernapasan, seperti influenza. Akibatnya, Kementerian Kesehatan Saudi merekomendasikan vaksinasi influenza bagi jemaah haji sejak 2005.
Kenali Apa Itu Epidemiologi Influenza?
Karena Arab Saudi berada di wilayah tropis, influenza diperkirakan terjadi di dua puncak berbeda sesuai dengan musim dingin di belahan bumi utara dan selatan atau bahkan sepanjang tahun.
Wabah non-haji yang terkenal, seperti SARS pada tahun 2003-2004 dan flu burung (H5N1) pada tahun 2005-2006, berkontribusi pada peningkatan penyebaran vaksinasi influenza bagi jemaah di berbagai tempat.
Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan kesadaran dan liputan media yang meluas. Serta perubahan kebijakan yang memasukkan vaksin sebagai salah satu persyaratan visa untuk menghadiri haji.
Karena vaksin influenza terpisah diformulasikan untuk setiap belahan dunia berdasarkan strain yang paling umum beredar, jemaah yang divaksinasi dari belahan bumi utara masih berisiko terpapar begitu juga sebaliknya.
Menurut penelitian yang berjudul Influenza vaccination among Saudi Hajj pilgrims: Revealing the uptake and vaccination barriers, dilaporkan lebih dari 90% jemaah mengalami setidaknya satu gejala pernapasan sebelum kembali ke rumah.
Tingkat influenza yang dikonfirmasi laboratorium (dalam penelitian tersebut) di antara jemaah bergejala adalah sebesar 4% dan 15%. Meningkat secara signifikan dengan risiko diperkirakan delapan kali lebih tinggi.
Penyerapan Vaksinasi Influenza Bagi Jemaah
Hambatan dalam penyerapan vaksinasi influenza bagi jemaah adalah kesalahan persepsi tentang influenza dan vaksin influenza itu sendiri. Keyakinan pada kekebalan alami adalah kesalahpahaman umum di kalangan jemaah haji.
Kemudian kurangnya pengetahuan tentang ketersediaan vaksin, siapa yang harus menerimanya, dan di mana seseorang dapat memperolehnya. Semua ini sebelumnya telah dilaporkan sebagai alasan jemaah tidak menerima vaksin sebelum haji.
Selain itu, kekhawatiran tentang keefektifan vaksin atau ketakutan akan efek sampingnya merupakan alasan untuk tidak melakukan vaksinasi. Maka dari itu penting untuk meningkatkan sikap jemaah terhadap langkah-langkah pencegahan.
Untuk mengatasi kurangnya kesadaran dan mispersepsi ini, informasi yang akurat harus disebarluaskan melalui saluran komunikasi yang terpercaya. Rekomendasi pimpinan kloter kemudian berdampak positif pada sikap jemaah terhadap vaksinasi.
Menurut data dari survei besar tentang vaksinasi, dokter, petugas kesehatan, dan pemimpin kloter perjalanan haji adalah motivator terpenting yang dapat meningkatkan serapan vaksinasi influenza bagi jemaah.
Pemberitaan akan bahaya virus influenza dapat diberikan, karena virus ini menginfeksi hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Penyakit ini sering dianggap ringan. Menurut data WHO, influenza membunuh 500.000 orang setiap tahunnya.
Sementara upaya bersama ini dapat membantu mengurangi penularan penyakit selama haji, pihak terkait mungkin gagal mengatasi masalah yang lebih luas. Seperti kemungkinan tidak memberikan perlindungan menyeluruh terhadap penyakit menular lain.
Kedua, potensi risiko penularan terkait haji tidak hanya berlaku bagi jemaah. Saat mereka bercampur dengan penumpang lain dalam maskapai penerbangan, bandara, setiap infeksi yang ditularkan menimbulkan risiko bagi semua wisatawan.
Pemeriksaan kesehatan yang baik adalah salah satu syarat terpenting untuk memastikan perjalanan haji dan umrah yang aman. Menyelesaikan vaksinasi sebelum berangkat haji menghindari penularan penyakit dan membawanya kembali ke Indonesia.
Setelah vaksinasi, vaksin influenza membutuhkan sekitar dua minggu untuk menghasilkan antibodi. Kebersihan pribadi seperti sering mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak adalah yang dapat dilakukan di luar vakisnasi.
Jemaah kemudian sudah memiliki kemampuan untuk mendeteksi, mencegah, dan merespon ancaman penyakit dan faktor risiko kesehatan yang masuk dan keluar. Salah satu upayanya adalah dengan mengikuti vaksinasi influenza bagi jemaah.