Menjalankan rukun iman kelima punya makna ibadah haji yang tentunya ingin dirasakan oleh para jemaahnya. Ketika jemaah pergi ke tanah suci dengan niat beribadah ikhlas hanya karena Allah SWT.
Tentunya akan ada makna yang dirasakan ketika sudah menjalaninya dan menjadikannya sebagai pengalaman berarti. Karena bisa melihat rumah Allah secara lebih jelas dan dekat di Baitullah dan bersungguh-sungguh melaksanakan ibadahnya.
Seperti yang diketahui bahwa semua umat muslim pastinya menginginkan untuk bisa berhaji di tanah suci. Namun, keterbatasan biaya yang menjadi penghalangnya, sehingga berbahagialah Anda jika mampu menunaikan tanpa adanya hambatan.
Makna Ibadah Haji Jadi Perantara Komunikasi
Haji merupakan salah satu perantara untuk berkomunikasi antara seorang hamba dengan sang pencipta. Syariat pertama pelaksanaannya pada tahun keenam Hijriah, dalam Firman Allah SWT, dalam QS. Ali Imran ayat 96-97.
Jika ditinjau secara bahasa berasal dari kata Al-Hajj yang berarti menyengaja. Sementara jika secara istilahnya adalah menyengaja untuk mengunjungi Ka’bah agar dapat menunaikan beberapa rangkaian ibadah berdasarkan ketentuan dan hukumnya.
Sebagai rukun islam yang kelima, makna ibadah haji ternyata berpengaruh besar bagi masyarakat. Keinginan untuk menunaikannya sampai keingintahuan melihat Ka’bah secara langsung dengan menggunakan panca indra miliknya.
Sehingga tidak jarang ketika Anda menemukan orang yang melaksanakan acara syukuran dengan niat jemaah meminta maaf kepada tetangga sekitar. Selain itu, juga memberikan perlindungan diri agar selamat hingga perjalanan kembali.
Rangkaian Ibadahnya Punya Nilai Historis
Rangkaian kegiatan dari makna ibadah haji juga memiliki nilai-nilai historis, contohnya saja dari pakaian yang dikenakan oleh jemaah. Hal itu melambangkan kezuhudan manusia sebagai bentuk Latihan agar kembali pada fitrahnya.
Kembali ke fitrah berarti sehat dan suci-bersih yang disimbolkan dengan pakaian ihram berwarna putih. Ada juga rangkaian pelaksanaan ukuf di Arafah, kata ukuf punya arti “berhenti” sementara “arafah” artinya naik-mengenali.
Makna ibadah haji dari aktivitas tersebut secara hakikat ialah sebuah usaha ketika fisik seorang hamba berhenti di Padang Arafah. Namun, untuk jiwa spiritualnya datang menemui Allah SWT.
Jadi wajar saja jika berada di yaumul mahsyar, dimintai pertanggung jawabannya. Maka tentunya memberi arti keharuan dan menyadarkan kepada umat manusia bahwa di hari akhir kelak akan dipertanyakan segala perbuatannya.
Berbekal Ketakwaan Pada Sang Khalik dan Sempurnakan Agama
Dalam QS. Al-Baqarah ayat 197, makna ibadah haji ini berarti datang membawakan bekal. Dengan niat awal untuk melayani sang tuan rumah, dibalik kesan bangunan yang sederhana namun berarti untuk umat.
Bekal-bekal yang dibawa ini berupa rangkaian ibadah dan sudah dipersiapkan dengan tujuan. Sehingga bekal bawaannya itu adalah takwa, serta harus dimiliki oleh setiap umat muslim sewaktu datang berkunjung ke Baitullah.
Takwa merupakan sikap penjagaan seseorang hambanya kepada sang pencipta untuk selalu taat dalam menjalankan perintahnya serta menjauhkan larangannya. Hal ini juga sebagai bentuk penyempurnaan agama dalam menunaikan rukun iman kelima.
Layaknya pada hari raya Idul Adha tiba, setiap muslim datang berbondong-bondong menjalankan ibadah haji. Dengan niat untuk mengharapkan ridha Allah dan memperoleh kesempurnaannya dalam beragama sesuai ajaran islam.
Makna Ibadah Haji Peroleh Pengalaman Rohani
Memulai dan mengakhiri pelaksanaannya sesuai dengan syariat pada ajaran-ajaran islam. Pastinya mempunyai tujuan bagi setiap insan yang melaksanakannya, tak hanya sebagai sarana berkomunikasi dengan sang Khalik saja.
Melainkan Anda akan memperoleh pengalaman rohani yang tinggi dengan hiruk pikuk keramaan di tanah suci. Mempunyai satu tujuan awal yakni menjalankan tugas mulia lewat ibadahnya berdasarkan syarat-syarat yang sudah ditentukan.
Pelaksanaan kegiatan mulia tersebut juga berkaitan dengan perintah agar manusia ber-qurban. Hal ini termuat dalam QS. Al-Maidah ayat 27. Ketika pelaksanaan haji juga berbarengan dengan ibadah ber-qurban.
Datang ke tanah suci bisa bersama siapa saja, baik yang berasal dari ikatan sedarah maupun tidak. Asalkan dengan syarat untuk tetap mematuhi peraturan-peraturan yang telah disyariatkan di dalam Islam.
Menunaikan rukun iman kelima memang tidak hanya beribadah secara fisik, baik itu rohani dan dana juga diperhatikan. Naik haji bagi yang mampu merupakan sebuah kalimat, dan mungkin Anda sering mendengarkannya.
Karena memang hanya orang yang mampu secara fisik, dana, dan rohani untuk bisa menjalankannya. Oleh karena itu, makna ibadah haji selalu berpengaruh besar pada masyarakat muslim.