Tawaf merupakan salah satu ibadah utama yang dilakukan di Masjidil Haram. Ibadah ini memiliki makna mendalam bagi setiap Muslim karena menjadi simbol ketundukan dan kecintaan kepada Allah SWT. Tawaf sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya adalah tawaf qudum, tawaf ifadah, tawaf wada, dan tawaf sunah. Tawaf sunah adalah ibadah yang bisa dilakukan kapan saja di Masjidil Haram tanpa terikat oleh syarat tertentu, dan menjadi salah satu bentuk pendekatan diri kepada Allah dengan penuh keikhlasan.
Meskipun tawaf sunah tidak bersifat wajib seperti tawaf ifadah atau wada, pelaksanaannya tetap harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan dalam syariat Islam. Banyak jamaah yang mungkin kurang memahami adab dan tata cara tawaf yang benar, sehingga tanpa disadari melakukan kesalahan yang bisa mengurangi nilai ibadah tersebut. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang sering terjadi agar tawaf sunah yang dilakukan menjadi sempurna dan diterima oleh Allah SWT.

Tidak Memulai Tawaf dari Hajar Aswad
Salah satu kesalahan yang sering terjadi saat melaksanakan tawaf sunah adalah tidak memulai dari Hajar Aswad. Dalam aturan syariat, setiap putaran tawaf harus dimulai dari garis sejajar dengan Hajar Aswad dan berakhir di titik yang sama. Jika seorang jamaah memulai dari sembarang titik, maka putaran tersebut tidak sah dan harus diulang dari awal.
Untuk memastikan posisi yang tepat, terdapat lampu hijau yang dipasang di dinding Masjidil Haram sebagai penanda sejajar dengan Hajar Aswad. Dengan memperhatikan tanda ini, jamaah bisa memastikan bahwa tawaf dilakukan dengan benar sejak awal.
Tidak Menjaga Arah Putaran Tawaf
Tawaf harus dilakukan dengan mengelilingi Ka’bah dalam arah berlawanan dengan jarum jam, sehingga Ka’bah selalu berada di sebelah kiri tubuh. Namun, ada beberapa jamaah yang kurang memperhatikan hal ini, terutama ketika keadaan Masjidil Haram sedang penuh. Terkadang, karena ingin mencari jalan yang lebih longgar, sebagian orang malah berjalan memotong jalur tawaf atau berbelok ke arah yang salah.
Jika sahabat menyadari telah berjalan dengan arah yang tidak sesuai, sebaiknya kembali ke titik awal dan melanjutkan putaran tawaf dengan benar agar ibadah tetap sah.
Berdesakan dan Tidak Menjaga Ketertiban
Masjidil Haram selalu dipenuhi oleh jamaah dari berbagai penjuru dunia, terutama di waktu-waktu tertentu seperti bulan Ramadhan dan musim haji. Dalam kondisi seperti ini, sebagian orang berusaha mendekat ke Ka’bah dengan cara berdesakan, bahkan tidak jarang terjadi dorong-mendorong.
Sikap ini tidak hanya mengganggu kekhusyukan ibadah tetapi juga bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Islam mengajarkan adab dalam beribadah, termasuk dalam melaksanakan tawaf. Lebih baik mengutamakan keselamatan dan ketertiban daripada memaksakan diri untuk berada di posisi tertentu.
Menghentikan Tawaf untuk Berdoa di Sembarang Tempat
Banyak jamaah yang ingin memperbanyak doa saat melakukan tawaf, yang pada dasarnya adalah hal yang sangat dianjurkan. Namun, kesalahan yang sering terjadi adalah berhenti di tengah jalur tawaf untuk berdoa atau berdiri lama di tempat yang ramai.
Tawaf adalah ibadah yang dilakukan sambil berjalan, sehingga doa dan dzikir sebaiknya dilakukan tanpa mengganggu pergerakan jamaah lainnya. Jika ingin berdoa lebih lama, sebaiknya menyelesaikan putaran tawaf terlebih dahulu, lalu mencari tempat yang lebih nyaman di sekitar Masjidil Haram.
Berbicara Hal yang Tidak Perlu
Salah satu kesalahan yang sering dilakukan tanpa disadari adalah berbicara tentang hal-hal duniawi selama melaksanakan tawaf. Banyak jamaah yang datang berkelompok dan sambil melakukan tawaf justru berbincang mengenai urusan pribadi, pekerjaan, atau hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan ibadah.
Tawaf adalah momen yang sangat istimewa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Oleh karena itu, sebaiknya waktu ini dimanfaatkan untuk berdzikir, beristighfar, dan memohon ampunan daripada mengobrol tanpa tujuan yang jelas.
Menyentuh Ka’bah dengan Cara yang Berlebihan
Menyentuh Ka’bah, terutama Hajar Aswad dan Rukun Yamani, memang memiliki keutamaan tersendiri. Namun, banyak jamaah yang terlalu berlebihan dalam melakukannya, bahkan sampai berdesakan dan memaksakan diri hingga membahayakan orang lain.
Jika memungkinkan, menyentuh Hajar Aswad atau Rukun Yamani bisa menjadi ibadah yang penuh keberkahan. Namun, jika kondisi tidak memungkinkan, cukup dengan memberi isyarat dari kejauhan, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kesempurnaan ibadah bukan hanya dari fisik yang menyentuh Ka’bah, tetapi juga dari niat yang ikhlas dan ketundukan hati kepada Allah SWT.
Tidak Menutup Aurat dengan Benar
Masjidil Haram adalah tempat yang suci, sehingga setiap Muslim yang memasuki area ini wajib menjaga kesopanan dalam berpakaian. Salah satu kesalahan yang masih sering terjadi adalah tidak menutup aurat dengan benar saat melaksanakan tawaf.
Bagi laki-laki, pakaian ihram harus dikenakan dengan cara yang benar, tanpa memperlihatkan bagian tubuh yang tidak seharusnya. Sementara itu, bagi perempuan, harus memastikan bahwa pakaiannya longgar, tidak transparan, dan tidak memperlihatkan aurat. Memakai pakaian yang sesuai dengan syariat tidak hanya menjadikan ibadah lebih khusyuk, tetapi juga menunjukkan rasa hormat kepada tempat suci ini.
Tidak Menghindari Tawaf saat Waktu Shalat
Ketika adzan berkumandang, semua aktivitas di dalam Masjidil Haram harus dihentikan, termasuk tawaf. Namun, ada beberapa jamaah yang tetap melanjutkan tawaf ketika iqamah sudah dikumandangkan dan shalat berjamaah akan segera dimulai.
Hal ini tidak diperbolehkan karena shalat wajib lebih utama dibandingkan dengan ibadah sunah seperti tawaf. Oleh karena itu, jika waktu shalat telah tiba, sebaiknya segera mencari tempat untuk ikut dalam shalat berjamaah dan melanjutkan tawaf setelah shalat selesai.
Kesimpulan
Melaksanakan tawaf sunah di Masjidil Haram adalah salah satu bentuk ibadah yang penuh dengan keutamaan dan menjadi cara terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun, dalam pelaksanaannya, masih banyak jamaah yang tanpa sadar melakukan kesalahan yang bisa mengurangi pahala ibadah tersebut.
Mulai dari tidak memulai dari Hajar Aswad, berdesakan, berbicara hal yang tidak perlu, hingga tidak menjaga aurat dengan baik—semua ini adalah kesalahan yang sebaiknya dihindari agar tawaf menjadi lebih sempurna. Dengan memahami aturan dan adab dalam melaksanakan tawaf, sahabat bisa mendapatkan pengalaman ibadah yang lebih bermakna dan penuh keimanan.
Melaksanakan ibadah di Tanah Suci adalah impian setiap Muslim. Agar perjalanan ibadah lebih lancar dan nyaman, pastikan memilih biro perjalanan yang terpercaya dan memiliki pengalaman dalam menyelenggarakan perjalanan umroh. Mabruk Tour hadir untuk membantu sahabat menunaikan ibadah umroh dengan layanan terbaik, fasilitas yang nyaman, serta bimbingan dari tim profesional.
Jangan ragu untuk bergabung dalam program umroh bersama Mabruk Tour. Kunjungi www.mabruk.co.id sekarang juga untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai paket umroh terbaik dan wujudkan impian suci ke Tanah Haram dengan pelayanan yang amanah dan berkualitas.