
Sejarah Islam mencatat banyak kisah heroik para sahabat Rasulullah ﷺ dalam memperjuangkan agama Allah. Salah satu sosok yang namanya tertulis dengan tinta emas adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah ﷺ yang dikenal dengan julukan "Asadullah" atau Singa Allah. Keberanian, kesetiaan, dan kecintaannya kepada Islam menjadi teladan yang abadi bagi umat Muslim hingga hari ini.
Salah satu peristiwa yang mengabadikan perjuangan Hamzah adalah Perang Uhud. Di Jabal Uhud, darahnya tertumpah demi membela Islam, menunjukkan kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada Rasulullah ﷺ. Mengingat kembali kisah perjuangan Hamzah di medan perang ini bukan hanya menguatkan keimanan, tetapi juga mengingatkan bahwa setiap perjuangan di jalan Allah memiliki harga yang harus dibayar dengan ketulusan dan pengorbanan.
Hamzah bin Abdul Muthalib, Singa Allah yang Tak Terkalahkan
Hamzah bin Abdul Muthalib adalah salah satu sosok terkuat di kalangan Quraisy. Sebelum masuk Islam, ia sudah dikenal sebagai seorang yang gagah berani, ahli dalam berburu, dan memiliki fisik yang luar biasa. Namun, keberaniannya semakin berarti setelah ia memeluk Islam dan mendedikasikan seluruh kemampuannya untuk membela Rasulullah ﷺ.
Saat masih di Makkah, Hamzah menjadi tameng bagi Rasulullah ﷺ dari berbagai ancaman kaum Quraisy. Ia tidak segan-segan membela keponakannya, bahkan menghadapi Abu Jahal dengan penuh keberanian. Sejak masuk Islam, Hamzah benar-benar menjadi seorang pejuang yang tak gentar menghadapi musuh, mengorbankan kenyamanannya demi tegaknya agama Allah.
Perang Uhud dan Peran Hamzah di Medan Perang
Setelah meraih kemenangan dalam Perang Badar, kaum Muslimin menghadapi cobaan berat dalam Perang Uhud. Pasukan Quraisy yang ingin membalas kekalahan mereka membawa ribuan pasukan dengan perlengkapan yang lebih lengkap dan strategi yang lebih matang.
Pada hari itu, Hamzah tampil sebagai salah satu panglima yang memimpin pasukan Muslim. Ia tidak hanya berperang dengan pedangnya, tetapi juga dengan keberanian yang luar biasa. Dengan perisai di tangan, ia maju ke barisan depan dan berhadapan langsung dengan musuh-musuh Islam.
Hamzah bertempur dengan semangat yang membara. Pedangnya menebas lawan-lawannya tanpa ragu, mengalahkan banyak prajurit Quraisy yang mencoba menyerang pasukan Muslim. Namun, di balik keberaniannya, musuh-musuh Islam telah merencanakan strategi licik untuk menghentikannya.
Syahidnya Hamzah di Jabal Uhud
Di tengah pertempuran yang sengit, seorang budak bernama Wahsyi bin Harb mendapatkan tugas dari Hindun binti Utbah untuk membunuh Hamzah. Hindun menyimpan dendam terhadap Hamzah karena dalam Perang Badar, Hamzah telah membunuh ayahnya, Utbah bin Rabi’ah.
Wahsyi adalah seorang ahli tombak yang sangat terlatih. Ia mengendap-endap di medan perang dan mencari kesempatan untuk menyerang Hamzah. Saat Hamzah sibuk menghadapi musuh-musuhnya, Wahsyi melemparkan tombaknya dengan kekuatan penuh. Tombak itu menembus tubuh Hamzah dan menyebabkan luka yang fatal.
Hamzah jatuh syahid di Jabal Uhud. Darahnya mengalir di tanah yang kelak menjadi saksi atas pengorbanannya yang luar biasa. Kesetiaan Hamzah kepada Rasulullah ﷺ dan Islam mencapai puncaknya dengan kesyahidan yang mulia.
Kesedihan Rasulullah ﷺ atas Kepergian Hamzah
Ketika pertempuran berakhir, Rasulullah ﷺ berjalan di medan perang dan menemukan tubuh Hamzah yang telah syahid. Beliau sangat berduka melihat keadaan pamannya yang terbunuh dengan cara yang mengenaskan. Hindun tidak hanya menginginkan kematian Hamzah, tetapi juga menodai jasadnya sebagai bentuk balas dendam.
Melihat kondisi Hamzah, Rasulullah ﷺ menangis. Kesedihan ini tidak hanya karena Hamzah adalah pamannya, tetapi juga karena Hamzah adalah sahabat dan pelindung yang setia. Meskipun begitu, Rasulullah ﷺ tidak menyimpan dendam dan mengajarkan kepada umatnya untuk tetap memaafkan. Bahkan, Wahsyi yang membunuh Hamzah kemudian diterima dalam Islam setelah bertobat.
Jabal Uhud, Saksi Perjuangan yang Tak Terlupakan
Hingga hari ini, Jabal Uhud tetap berdiri kokoh di Madinah, menjadi saksi bisu dari pertempuran yang penuh pelajaran bagi umat Islam. Banyak jamaah umroh dan haji yang datang ke Jabal Uhud untuk mengenang perjuangan para syuhada, terutama Hamzah bin Abdul Muthalib.
Di sekitar gunung ini terdapat makam para syuhada Uhud, tempat di mana Hamzah dimakamkan bersama sahabat-sahabatnya yang gugur dalam pertempuran. Keberadaan Jabal Uhud bukan hanya sebagai tempat bersejarah, tetapi juga sebagai pengingat bahwa setiap perjuangan di jalan Allah tidak akan pernah sia-sia.
Bagi sahabat yang sedang merencanakan perjalanan ke Tanah Suci, sempatkan untuk berkunjung ke Jabal Uhud dan merenungi kisah perjuangan para sahabat Rasulullah ﷺ. Perjalanan ini bukan hanya tentang ziarah, tetapi juga tentang mengambil pelajaran dan memperkuat keimanan.
Mabruk Tour siap membantu sahabat untuk menjalankan ibadah umroh dengan nyaman dan penuh keberkahan. Dengan layanan yang profesional dan pembimbing yang berpengalaman, sahabat bisa merasakan perjalanan umroh yang lebih bermakna.
Segera wujudkan impian umroh sahabat bersama Mabruk Tour. Kunjungi www.mabruk.co.id untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan memilih paket umroh yang sesuai. Bersama Mabruk Tour, sahabat bisa menelusuri jejak sejarah Islam dengan lebih mendalam dan menjalankan ibadah dengan hati yang ikhlas.